Prancis

Internet Sehat : Badan Kejahatan Nasional Inggris atau NCA mengatakan bahwa sebuah sistem komunikasi rahasia yang digunakan oleh para penjahat untuk memperdagangkan narkoba dan senjata telah berhasil ditembus. NCA bekerja dengan polisi di seluruh Eropa dalam operasi penegakan hukum terbesar dan paling signifikan di Inggris.Operasi ini menghasilkan penangkapa lebih dari 800 di seluruh Eropa setelah pesan di EncroChat dicegat dan diterjemahkan. Lebih dari dua ton obat-obatan terlarang, beberapa lusin senjata dan 54 juta pound dalam bentuk uang tunai telah disita.Sementara NCA adalah bagian dari penyelidikan, penyelidikan itu sendiri diprakarsai dan dipimpin oleh polisi Prancis dan Belanda, dan juga melibatkan Europol, badan Uni Eropa untuk kerja sama penegakan hukum.Wil van Gemert, wakil direktur eksekutif Europol, mengatakan pada konferensi pers di Den Haag bahwa peretasan jaringan telah memungkinkan gangguan kegiatan kriminal termasuk serangan kekerasan, korupsi, percobaan pembunuhan dan pengangkutan obat-obatan skala besar.NCA mengatakan operasi di seluruh Eropa, yang berlangsung selama tiga bulan dan melibatkan pasukan polisi di seluruh Inggris, telah memiliki dampak terbesar pada geng kejahatan terorganisir yang pernah ada, dengan 746 penangkapan di Inggris, termasuk dua petugas penegak hukum.Komisaris Polisi Metropolitan, Dame Cressida Dick, yang pasukannya melakukan penangkapan terhadap 171 orang dan menyita 13,3 juta poundsterling, menggambarkan operasi tersebut sebagai pengubah permainan.Ia mengatakanb bahwa operasi ini baru permulaan. Polisi akan mengganggu jaringan kriminal terorganisir sebagai hasil dari operasi ini selama berminggu-minggu dan berbulan-bulan dan mungkin bertahun-tahun yang akan datang.Diperkirakan sebanyak 60.000 orang, di antaranya hingga 10.000 di Inggris, berlangganan EncroChat yang berbasis di Prancis, yang kini telah dimatikan. Sistem ini beroperasi pada ponsel Android yang disesuaikan dan menurut situs webnya, menyediakan komunikasi aman yang bebas kekhawatiran.Sumber: BBCSumber Foto: FBI

Jaringan Chatting Ditembus, Ratusan Orang Ditangkap

Internet Sehat : Parlemen Perancis dengan suara bulat setuju untuk memperkenalkan sistem verifikasi usia nasional untuk situs web pornografi. Kepastian ini terjadi setelah beberapa bulan sejak Presiden Emmanuel Macron berjanji untuk melindungi anak-anak dari konten semacam itu.Macron menjadikan perlindungan anak-anak terhadap konten dewasa daring sebagai masalah yang memiliki profil tinggi jauh sebelum krisis virus Corona melanda. Pada bulan Januari, perusahaan teknologi, penyedia layanan internet dan industri film dewasa menandatangani piagam sukarela, berjanji untuk meluncurkan alat untuk membantu memastikan anak di bawah umur tidak memiliki akses ke konten porno.Dalam undang-undang yang lebih luas tentang kekerasan dalam rumah tangga, Senat Prancis memutuskan pada bulan Juni untuk memperkenalkan amandemen yang mensyaratkan situs web pornografi untuk menerapkan mekanisme verifikasi usia.Untuk menegakkan hukum, regulator audiovisual Prancis CSA akan diberikan wewenang baru untuk mengaudit dan memberikan sanksi kepada perusahaan yang tidak mematuhi aturan tersebut. Sanksinya antara lain bisa memblokir akses ke situs web di Prancis dengan perintah pengadilan.Pilihan mekanisme verifikasi akan diserahkan kepada platform. Namun demikian, anggota parlemen telah menyarankan untuk menggunakan verifikasi kartu kredit, sebuah sistem yang pertama kali diadopsi oleh Inggris, yang mempertimbangkan rencana serupa untuk mengendalikan akses ke pornografi tetapi harus membatalkannya pada akhir 2019 karena kesulitan teknis dan masalah privasi. Italia juga menyetujui RUU yang sama pada akhir Juni yang lalu.Dengan undang-undang baru ini, jika situs tidak mematuhi dalam waktu 15 hari setelah peringatan pertama dari regulator audiovisual CSA, regulator akan dapat meminta Paris Court of Justice untuk mengirim perintah kepada operator telekomunikasi untuk memblokir akses ke situs tersebut di Prancis.Sumber: PoliticoSumber Foto: ph7cms.com

Prancis Perkenalkan Sistem Verifikasi Usia bagi Situs Web Dewasa

Internet Sehat : Twitter mengatakan tidak akan lagi mengamplifikasi tweet yang dilakukan oleh organisasi media yang dikendalikan negara dengan cara mengecualikannya dari sistem rekomendasinya. Pergeseran tersebut membuat akun yang terpengaruh cenderung tidak muncul di hasil penelusuran, notifikasi, dan timeline pengguna.Twitter juga mengatakan bahwa mereka juga akan melabeli akun media yang terkait dengan pemerintah, serta pejabat penting pemerintah dari China, Prancis, Rusia, Inggris, dan AS. Akun RT Rusia dan China Xinhua News keduanya akan terpengaruh oleh perubahan tersebut.Twitter mengatakan pihaknya bertindak untuk memberi pengguna lebih banyak konteks tentang apa yang mereka lihat di jejaring sosial Twitter. Platform media sosial lainnya, termasuk raksasa berbagi video YouTube, sudah melabeli saluran organisasi media yang didukung negara.Twitter akan memberi label pada organisasi media di mana negara menjalankan kontrol atas konten editorial melalui sumber daya keuangan, tekanan politik atau kontrol atas produksi dan distribusi. Akun editor dan staf senior dari organisasi media tersebut juga akan diberi label. Namun, organisasi berita yang didanai publik dengan independensi editorial tidak akan diberi label, termasuk BBC dan jaringan NPR AS.Twitter mengatakan akan melabeli pejabat pemerintah utama, termasuk menteri luar negeri, lembaga, duta besar, dan juru bicara dari lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB, yaitu China, Prancis, Rusia, Inggris Raya, dan AS. Menurut Twitter, fokus mereka adalah pada pejabat senior dan entitas yang merupakan suara negara di luar negeri. Namun, akun pribadi politisi tidak selalu diberi label. Misalnya, akun Twitter populer Presiden Trump @realDonaldTrump tidak akan diberi label, sedangkan akun resminya @Potus akan diidentifikasi dengan memberikan label. Twitter mengatakan akan memperluas daftar akun berlabel dan menyertakan negara tambahan seiring waktu.Sumber : BBC

Twitter Akan Beri Label Akun Berita yang Dikontrol Negara

Internet Sehat : Prancis telah memperkenalkan undang-undang baru untuk melindungi bintang media sosial atau influencer yang masih sangat muda atau anak-anak. Undang-undang tersebut bertujuan untuk mengatur jam kerja untuk mereka yang berusia di bawah 16 tahun yang bekerja secara online dan apa yang terjadi dengan penghasilan mereka.Undang-undang tersebut juga juga menyatakan hak untuk dilupakan yang berarti bahwa platform berkewajiban untuk menghapus konten atas permintaan anak tersebut.Popularitas influencer anak-anak telah berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir, dengan sejumlah anak-anak yang masih sangat muda muncul di daftar penerima pendapatann teratas di YouTube.Anggota parlemen di balik RUU tersebut, Bruno Studer mengatakan bahwa perubahan tersebut akan membuat Prancis menjadi pelopor hak-hak bintang media sosial anak.Undang-undang baru, yang disahkan dengan suara bulat pada hari Selasa yang lalu tidak memengaruhi semua anak yang muncul di media sosial, tetapi menargetkan mereka yang menghabiskan banyak waktu untuk bekerja online dan yang pekerjaannya menghasilkan pendapatan.Perubahan tersebut menawarkan mereka perlindungan yang sama seperti yang diberikan kepada model dan aktor anak-anak di Prancis, dengan penghasilan mereka ditempatkan di rekening bank hingga mereka berusia 16 tahun. Perusahaan yang ingin mempekerjakan influencer anak juga harus mendapat izin dari otoritas setempat.Sebelum undang-undang itu disahkan pada hari Selasa, Studer mengatakan kepada surat kabar La Tribune bahwa hak-hak anak harus dijaga dan dilindungi, termasuk di internet yang tidak boleh menjadi wilayah tanpa hukum.Dunia bintang media sosial anak bisa sangat menguntungkan, dengan pendapatan yang didorong oleh kesepakatan iklan dan penjualan merchandise. Menurut Forbes, penerima penghasilan dari YouTube teratas tahun lalu adalah Ryan Kaji yang saat itu berusia delapan tahun. Ia menghasilkan 26 juta dollar AS dari saluran ulasan mainannya. Berada di urutan ketiga dalam daftar tersebut adalah Anastasia Radzinskaya, kelahiran Rusia, sekarang berusia enam tahun yang berpenghasilan 18 juta dollar AS.Sumber : BBCSumber Foto : The Verge

Prancis Buat Undang-undang untuk Melindungi Influencer Anak-anak

Internet Sehat : Kecanduan smartphone tidak mungkin disebabkan oleh notifikasi. Hal ini diungkapkan oleh sebuah studi yang dilakukan London School of Economics and Political Science (LSE).Dalam studi atau penelitian ditemukan bahwa 89% interaksi dengan ponsel tidak dipicu (oleh notifikasi) dan hanya 11% dari mereka yang diteliti yang menanggapi notifikasi.Obrolan grup juga dianggap sebagai sumber kesusahan bagi peserta dalam penelitian ini. Penelitian ini menunjukkan bahwa fitur scrolling di Instagram dan Facebook menyebabkan interaksi terlama dengan smartphone.Penelitian ini mengatakan bahwa memeriksa ponsel cerdas sebagian besar disebabkan oleh dorongan pengguna untuk berinteraksi dengan ponsel mereka yang tampaknya terjadi secara hampir otomatis, seperti perokok yang menyalakan rokok.Eksperimen tersebut menganalisis penggunaan ponsel cerdas dari 37 orang dengan usia rata-rata 25 di Inggris, Jerman, dan Prancis. Peserta dilengkapi dengan kamera yang memungkinkan pengguna merekam kehidupan sehari-hari mereka dari sudut pandang orang pertama. Secara total, terdapat 1.130 interaksi yang direkam untuk penelitian oleh Maxi Heitmayer dan Prof Saadi Lahlou, yang diterbitkan di Science Direct.Dari penelitian tersebut terungkap mengapa orang menggunakan ponsel mereka:1. WhatsApp 22%2. Lockscreen check (untuk melihat apakah ada pemberitahuan) 17%3. Instagram 16%4. Facebook – 13%5. Email 6%6. Panggilan – 1%Meskipun obrolan grup dianggap sebagai sumber kesusahan, pengguna mengatakan pesan yang terkandung di dalamnya sebagian besar tidak penting.Email diberi peringkat sebagai pemberitahuan terpenting bagi peserta dalam penelitian ini. Pengguna juga menghabiskan lebih sedikit waktu di ponsel mereka saat bersama orang lain, dan interaksi terlama terjadi di transportasi umum atau di rumah.Sumber : BBCYuk mari belajar Privasi, Gratis di Galeri Privasi

Kecanduan Smartphone Bukan Didorong oleh Notifikasi

Internet Sehat : Google telah didenda 100 juta euro di Prancis karena melanggar aturan negara tersebut terkait pelacak iklan online yang dikenal sebagai cookies. Denda tersebut merupakan denda terbesar yang pernah dikeluarkan oleh pengawas privasi data Prancis, CNIL.Turut didenda bersama Google adalah raksasa ritel AS Amazon yang didenda 35 juta euro karena melanggar aturan yang sama. CNIL mengatakan Google dan situs web Prancis Amazon tidak meminta izin pengunjung sebelum cookies iklan disimpan di komputer mereka.Google dan Amazon juga gagal memberikan informasi yang jelas tentang bagaimana pelacak online akan digunakan, dan bagaimana pengunjung situs web Prancis dapat menolak cookies.Regulator data privasi Prancis CNIL telah memberi raksasa teknologi tersebut waktu tiga bulan untuk mengubah spanduk informasi yang ditampilkan di situs web mereka. Jika mereka tidak mematuhi, mereka akan didenda 100.000 euro lagi per hari sampai perubahan dilakukan.Dalam pernyataan yang diterbitkan oleh Reuters, Google mengatakan bahwa mereka tetap pada pendiriannya dalam memberikan informasi di muka dan kontrol yang jelas, tata kelola data internal yang kuat, infrastruktur yang aman, dan yang terpenting produk yang bermanfaat.Menurut Google, keputusan denda berada di bawah undang-undang ePrivasi Prancis mengabaikan upaya dan tidak memperhitungkan fakta bahwa aturan dan pedoman regulasi Prancis tidak pasti dan terus berkembang.Sementara, Amazon mengatakan tidak setuju dengan keputusan CNIL. Dalam sebuah pernyataan Amazon mengatakan bahwa mereka terus memperbarui praktik privasi untuk memastikan bahwa Amazon memenuhi kebutuhan dan harapan pelanggan dan regulator yang terus berkembang dan sepenuhnya mematuhi semua hukum yang berlaku di setiap negara tempat beroperasi.Sumber : BBCBelajar Privasi Mudah dan Menyenangkan di Galeri Privasi.

Amazon dan Google Didenda CNIL Prancis

Internet Sehat : Badan keamanan dunia maya Prancis mengatakan bahwa sekelompok peretas militer Rusia yang dikenal sebagai kelompok Sandworm, telah berada di balik operasi selama tiga tahun di mana mereka menyerang jaringan internal beberapa entitas Prancis yang menjalankan perangkat lunak pemantauan TI Centreon.Serangan tersebut dirinci dalam laporan teknis yang dirilis hari ini oleh Agence Nationale de la Sécurité des Systèmes d’Information, juga dikenal sebagai ANSSI, badan keamanan siber utama negara Prancis.Pejabar ANNSI mengatakan bahwa kampanye serangan ini banyak berdampak pada penyedia teknologi informasi, terutama penyedia web hosting. Korban pertama tampaknya telah dikompromikan sejak akhir 2017. Kampanye tersebut berlangsung hingga 2020.Titik masuk ke jaringan korban ditautkan ke Centreon, platform pemantauan sumber daya TI yang dikembangkan oleh perusahaan Prancis CENTREON, dan produk yang fungsinya serupa dengan platform Orion SolarWinds.ANSSI mengatakan para penyerang menargetkan sistem Centreon yang dibiarkan terhubung ke internet. Badan Prancis tersebut tidak dapat mengatakan apakah serangan tersebut mengeksploitasi kerentanan dalam perangkat lunak Centreon atau penyerang menebak kata sandi untuk akun admin.Namun, dalam kasus intrusi yang berhasil, penyerang memasang versi P.A.S. wen shell dan Exaramel, backdoor trojan, dua jenis malware yang bila digunakan bersama-sama memungkinkan peretas memiliki kendali penuh atas sistem yang disusupi dan jaringan yang berdekatan.Dalam langkah yang jarang terjadi, ANSSI mengatakan pihaknya berhasil menghubungkan serangan ini dengan kelompok advanced persistent threat (APT) yang dikenal di industri keamanan siber dengan nama Sandworm.Pada Oktober 2020, Departemen Kehakiman AS secara resmi mendakwa enam perwira militer Rusia atas partisipasi mereka dalam serangan dunia maya yang diatur oleh kelompok ini. Serangan dunia maya yang sebelumnya dilakukan oleh kelompok ini termasuk jatuhnya jaringan energi di seluruh Ukraina pada 2015 dan 2016, wabah ransomware NotPetya pada 2017, serangan terhadap upacara pembukaan Olimpiade Musim Dingin PyeongChang pada 2018, dan perusakan massal situs web Georgia pada 2019.Sumber : ZDNet

Prancis: Peretas Didukung Rusia Targetkan Server Centreon

Internet Sehat : Polisi Belgia mengatakan bahwa mereka telah menyita 27,64 ton kokain senilai 1,65 miliar dollar AS dari pengiriman ke Antwerp dalam enam minggu terakhir setelah membobol enkripsi di aplikasi obrolan Sky ECC untuk membaca pesan penyelundup narkoba.Polisi spesialis Belgia berhasil memecahkan pesan terenkripsi dari Sky ECC untuk kemudian bisa membaca pesan penyelundup narkoba. Sky ECC adalah aplikasi perpesanan terenkripsi ujung-ke-ujung (end to end encryption) berbasis langganan yang dibuat oleh Sky Global dan dibundel di handset Google, Apple, Nokia, dan BlackBerry. Idenya adalah pengguna dapat mengobrol melalui teks dengan pengguna lain tanpa takut diintip.Bulan lalu, pemerintah AS mendakwa CEO Sky Global Jean-François Eap dan distributor sengaja berpartisipasi dalam perusahaan kriminal yang memfasilitasi impor dan distribusi transnasional narkotika melalui penjualan dan layanan perangkat komunikasi terenkripsi. Pada dasarnya, AS mengklaim Sky Global tahu persis untuk apa perangkat lunaknya digunakan, yaitu mengatur perdagangan narkoba di luar pengawasan pihak berwenang.Tak lama kemudian, polisi Eropa melakukan operasi gabungan dan menutup Sky Global serta menjaring pengguna dan distributornya. Eap menyatakan bahwa semuanya tidak berdasar dan tindakan tersebut merupakan contoh polisi dan pemerintah yang mencoba menjelekkan siapa pun yang mengambil sikap terhadap pengawasan yang tidak beralasan.Kabar tentang penangkapan kokas besar-besaran datang hanya setahun setelah polisi Prancis dan Belanda menghapus EncroChat, aplikasi serupa yang diduga digunakan untuk memfasilitasi aktivitas kriminal.Sumber : The Register

Bobol Enkripsi Aplikasi Obrolan, Polisi Belgia Sita 27,64 Ton Kokain

Internet Sehat : Google telah didenda 500 juta euro oleh otoritas persaingan Prancis karena gagal bernegosiasi dengan itikad baik dengan organisasi berita atas penggunaan konten mereka. Pihak berwenang menuduh Google tidak mengambil perintah untuk melakukannya dengan serius.Google mengatakan bahwa keputusan tersebut mengabaikan upaya mereka untuk mencapai kesepakatan.Denda tersebut merupakan bentrokan terbaru dalam pertarungan hak cipta global antara perusahaan teknologi dan organisasi berita. Tahun lalu, otoritas kompetisi Prancis memerintahkan agar Google harus merundingkan kesepakatan dengan organisasi berita untuk menampilkan kutipan artikel di hasil pencarian, berita, dan layanan lainnya. Google didenda karena, dalam pandangan otoritas, gagal melakukan ini.Pada 2019, Prancis menjadi negara Uni Eropa pertama yang mengubah Arahan Hak Cipta Digital baru menjadi undang-undang. Undang-undang mengatur apa yang disebut hak bertetangga yang dirancang untuk memberi kompensasi kepada penerbit dan kantor berita atas penggunaan materi mereka.Akibatnya, Google memutuskan tidak akan menampilkan konten dari penerbit Uni Eropa di Prancis, pada layanan seperti pencarian dan berita, kecuali penerbit setuju untuk membiarkan mereka melakukannya secara gratis. Organisasi berita merasa ini adalah penyalahgunaan kekuatan pasar Google, dan dua organisasi yang mewakili penerbit pers dan Agence France-Presse (AFP) mengeluh kepada otoritas persaingan.Google mengatakan bahwa mereka sangat kecewa dengan keputusan tersebut karena mereka telah bertindak dengan itikad baik selama seluruh proses. Google mengatkan bahwa sampai saat ini, Google satu-satunya perusahaan yang telah mengumumkan perjanjian tentang hak tetangga. Google menambahkan akan menyelesaikan perjanjian dengan AFP yang mencakup perjanjian lisensi global dan pembayaran untuk publikasi pers.Putusan baru itu berarti bahwa dalam dua bulan ke depan Google harus membuat proposal yang menjelaskan bagaimana perusahaan akan memberi kompensasi atas penggunaan berita mereka. Jika ini gagal terjadi, perusahaan dapat menghadapi denda tambahan sebesar 900.000 euro per hari.Sumber : BBC

Prancis

Jaringan Chatting Ditembus, Ratusan Orang Ditangkap

Jaringan Chatting Ditembus, Ratusan Orang Ditangkap

Prancis Perkenalkan Sistem Verifikasi Usia bagi Situs Web Dewasa

Prancis Perkenalkan Sistem Verifikasi Usia bagi Situs Web Dewasa

Twitter Akan Beri Label Akun Berita yang Dikontrol Negara

Twitter Akan Beri Label Akun Berita yang Dikontrol Negara

Prancis Buat Undang-undang untuk Melindungi Influencer Anak-anak

Prancis Buat Undang-undang untuk Melindungi Influencer Anak-anak

Kecanduan Smartphone Bukan Didorong oleh Notifikasi

Kecanduan Smartphone Bukan Didorong oleh Notifikasi

Amazon dan Google Didenda CNIL Prancis

Amazon dan Google Didenda CNIL Prancis

Prancis: Peretas Didukung Rusia Targetkan Server Centreon

Prancis: Peretas Didukung Rusia Targetkan Server Centreon

Bobol Enkripsi Aplikasi Obrolan, Polisi Belgia Sita 27,64 Ton Kokain

Bobol Enkripsi Aplikasi Obrolan, Polisi Belgia Sita 27,64 Ton Kokain

Otoritas Kompetisi Prancis Denda Google 500 Juta Euro

Otoritas Kompetisi Prancis Denda Google 500 Juta Euro

Literasi Digital

Makin Cakap Digital

Menu

Informasi